Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.
Pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan.
Wayang secara etimologi berasal dari kata ‘bayang-bayang’. Awalnya Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang. Namun akhirnya berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun ajaran moral.
Koleksi Wayang di dalam Museum ini terdiri dari beberapa perangkat Wayang Kulit, Wayang Golek, berbagai topeng, wayang kaca, wayang seng, lukisan dan boneka-boneka dari luar negeri. Beberapa koleksi langka dari Nusantara antara lain Wayang Intan, Wayang Suket, Wayang Beber dan Wayang Revolusi. Di dalamnya juga ada boneka terkenal lho, yaitu si Unyil dan teman-temannya, yang sempat ditayangkan di TVRI tahun 80an.
Di tengah gedung di lantai dasar terdapat Taman, disebutnya Taman Museum Wayang. Disana terlihat beberapa prasasti peninggalan Belanda diantaranya Jan Pieterszoon Coen tahun 1634. Juga terdapat Ruang Punakawan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti : Seminar, Sarasehan, pergelaran, pertunjukan mini dll. Dan secara berkala Museum Wayang menampilan pertunjukkan pada pukul 10.00 – 14.00 setiap hari Minggu ke-2 (Pergelaran Wayang Golek) dan hari Minggu terakhir (Pergelaran Wayang Kulit), tapi untuk memastikannya, silahkan menelpon kesana terlebih dahulu.
Saat ini sedang Museum Wayang melakukan ekspansi ke gedung baru disebelahnya. Terlihat bangunan hampir selesai, dan desainnya modern. Dilengkapi dengan lift untuk memudahkan kaum difabel atau orang lanjut usia.
Di lantai bawah dekat pintu keluar, terdapat kios yang menjual beberapa cinderamata berupa Wayang Golek, Wayang Kulit, buku pewayangan, gantungan kunci, pajangan, dan aneka barang lainnya. Toilet tersedia dengan gratis, terlihat cukup bagus (karena berada di gedung baru), namun sayang airnya hanya mengalir kecil… dan terlihat banyak orang yang bebas merokok di ruang depan toilet yang masih berada dalam gedung museum ini.
sumber:
www.jalanjajanhemat.com,id.wikipedia.org