Senin, 02 Januari 2012

Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta dikenal juga dengan nama Museum Fatahillah. Museum Sejarah Jakarta  menyediakan informasi tentang perjalanan sejarah kota Jakarta, dimulai dari jaman pra-sejarah sampai dengan jaman sekarang dalam bentuk rekreatif melalui benda-benda koleksi museum.

Sejarah Museum
Tahun 1937 yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarahBatavia. Yayasan kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 atau gedung Museum Wayang sekarang. Gudang tersebut dibangun kembali sebagai Oud Batavia Museum atau Museum Batavia Lama dan pada tahun 1939 dibuka untuk umum. Pada masa kemerdekaan Indonesia, nama museum berubah nama menjadi Museum Djakarta Lama dibawah naungan Lembaga Kebudayaan Indonesia. Tahun 1968 Museum Jakarta Lama diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, museum diresmikan menjadi Museum sejarah Jakarta (Jakarta History Museum).

Sejarah Gedung
Gedung Museum Sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) pada jaman VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) merupakan gedung Staadhuis atau Balai Kota. Gedung Balai Kota Batavia ini didirikan tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, pendiri Batavia. Pada tanggal 25 Januari 1707 gedung Balai Kota lama dibongkar dan dibangun Gedung Balai Kota seperti yang ada sekarang, dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Pembangunan diselesaikan dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710. Selain sebagai Staadhuis atau Balai Kota, gedung ini juga menjadiRaad Van Justitie atau DewanPengadilan yang menanganiberbagai perkara pidana dan perdata di kota Batavia. Bagi para terdakwa suatu perkara yang akan diadili diharuskanmendekam dalam penjara bawah tanah dengan tangan dirantai. Bagi yang terbukti melakukan kejahatan atau dianggap memberontak terhadap pemerintahan Belanda maka salah satu hukuman yang diberlakukan adalah hukuman gantung didepan Staadhuis. Seperti umumnya gedung Balai Kota di Eropah yang dilengkapi lapangan, staadhuis ini juga memiliki lapangan dengan nama Stadhuisplein. Tahun 1973 Pemerintah DKI Jakarta mengganti nama lapangan Stadhuisplein menjadi Taman Fatahillah untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.

Koleksi
Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) mencapai 23.500 barang koleksi yang berasal dari warisan Oud Batavia Museum atau Museum Jakarta Lama, pemerintah daerah DKI Jakarta, sumbangan baik perorangan maupun institusi. Bahan material koleksi beragam, baik sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, porselin, kain, kulit, kertas dan tulang. Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Jakarta HistoryMuseum) diantaranya, Sketsel, pedang eksekusi, lemari arsip, lukisan, peralatan masyarakat pra-sejarah, prasasti, dan senjata. Umur koleksi ada yang mencapai lebih dari 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi gerabah. Dibagian taman dalam museum dapat dilihat bekas penjara bawah tanah, patung Dewa Hermes, dan meriam Si Jagur.


Penjara Bawah Tanah
Penjara ini terletak dibawah gedung pada taman bagian dalam museum. Ruangannya berbentuk setengah lingkaran dan terkesan pengap dan gelap. Dinding penjara terbuat dari tembok beton dengan jendela jeruji besi dibagian depan. Masih terlihat kumpulan bola-bola besi seukuran bola Voli yang diikatkan pada kaki para tahanan.




Patung Dewa Hermes
Patung Dewa Hermes dalam mitologi Yunani merupakan Dewa keberuntungan, pelindung kaum pedagang, dan Dewa pengirim berita. Keberadaan patung Hermes dibagian taman dalam museum sejarah Jakarta (JakartaHistory Museumberasal dari pemberian keluarga Ernst Stolz sebagai tanda terimakasih kepada pemerintahBatavia atas kesempatan yang diperolehnya untuk berdagang di Hindia Belanda





Meriam Si Jagur
Meriam Si Jagur dibuat di Macao. Meriam dibawa ke Malaka oleh armada Portugis yang saat itu menguasai Malaka. Tahun 1641 armada Belanda membawa meriam ke Batavia. Meriam Si Jagur memiliki berat 3,5 ton dan panjang badan 3,84 meter dengan diameter laras 25 sentimeter. Pada badan meriam terdapat tulisan “Ex me ipsa renata sum” yang berarti “dari diriku sendiri, aku dilahirkan lagi”. Ada yang berkeyakinan meriam Si Jagur sebagai lambang kesuburan dan hal ini kemungkinan disebabkan karena tulisan dan bentuk jari tangan yang ada pada badan meriam.


sumber : jakartaoke.blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar